paskibraka provinsi jambi 2010

paskibraka provinsi jambi 2010

Rabu, 03 April 2013

TIPE POLA ASUH ORANG TUA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN KREATIVITAS


Menurut Nilam Widyarini (       ) dalam Psikologi Populer : Relasi Ortu & Anak, secara garis besar pola pengasuhan orangtua terhadap anak dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu otoriter/otoritarian (authoritarian), otoritatif (authoritative), dan permisif (permissive).
1.      Otoriter
Orangtua yang memiliki pola asuh jenis ini berusaha membentuk, mengendalikan dan mengevaluasi perilaku serta sikap anak berdasarkan serangkaian standar mutlak, nilai-nilai kepatuhan, menghormati otoritas, kerja, tradisi, tidak saling memberi dan menerima dalam komunikasi verbal. Orangtua kadang-kadang menolak anak dan sering menerapkan hukuman.

2.      otoritatif
Orangtua yang memiliki pola asuh jenis ini berusaha mengarahkan anaknya secara rasional, berorientasi pada masalah yang dihadapi, menghargai komunikasi yang saling memberi dan menerima, menjelaskan alasan rasional yang mendasari tiap-tiap permintaan atau disiplin tetapi juga menggunakan kekuasaan bila perlu, mengharapkan anak untuk mematuhi orang dewasa tetapi juga mengharapkan anak untuk mandiri dan mengarahkan diri sendiri, saling menghargai antara anak dan orangtua, memperkuat standar-standar perilaku. Orangtua tidak mengambil posisi mutlak, tetapi juga tidak mendasarkan pada kebutuhan anak semata.

3.      Permisif
Orangtua yang memiliki pola asuh jenis ini berusaha berperilaku menerima dan bersikap positif terhadap impuls (dorongan emosi), keinginan-keinginan, dan perilaku anaknya, hanya sedikit menggunakan hukuman, berkonsultasi kepada anak, hanya sedikit memberi tanggung jawab rumah tangga, membiarkan anak untuk mengatur aktivitasnya sendiri dan tidak mengontrol, berusaha mencapai sasaran tertentu dengan memberikan alasan, tetapi tanpa menunjukkan kekuasaan.

Aden Ranggiasanka (2011) dalam Serba-Serbi Pendidikan Anak mengatakan kreativitas dibutuhkan oleh manusia untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kreativitas harus dikembangkan sejak dini. Banyak keluarga yang tidak menyadari bahwa sikap orangtua yang otoriter (diktator) terhadap anak akan mematikan bibit-bibit kreativitas anak, sehingga ketika menjadi dewasa hanya mempunyai kreativitas yang sangat terbatas. Berdasarkan ketiga tipe pola asuh diatas, pola asuh otoritatif dirasa tepat untuk mendukung pengembangan kreativitas anak.

Kreativitas anak akan berkembang jika orangtua bersikap otoritatif. Orangtua mendorong anak untuk berani mencoba mengemukakan pendapat, gagasan, melakukan sesuatu atau mengambil keputusan sendiri selama tidak membahayakan atau merugikan orang lain atau diri sendiri. Jangan mengancam atau menghukum anak apabila pendapat atau perbuatannya dianggap salah oleh orangtua. Anak tidaklah salah, mereka umumnya belum tahu dan masih dalam tahap belajar.oleh karena itu, tanyakan mengapa mereka berpendapat atau berbuat demikian, beri kesempatan untuk mengemukakan alasannya. Berikan contoh, ajaklah berfikir, jangan mendikte atau memaksa, biarkan mereka memperbaikinya dengan caranya sendiri. Dengan demikian tidak mematikan keberanian mereka untuk mengemukakan fikiran, gagasan, pendapat atau ketika melakukan sesuatu.

Selain itu, orangtua harus mendorong kemandirian anak dalam melakukan sesuatu, menghargai usaha-usaha yang telah anak lakukan, memberikan pujian untuk hasil yang telah dicapainya walau sekecil apapun.

Peran keluarga membantu merangsang atau menstimulasi anak untuk tertarik mengamati dan mempertanyakan tentang berbagai benda atau kejadian yang ada di sekeliling kita, baik itu yang mereka dengar, lihat, rasakan ataupun yang mereka fikirkan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sesekali menolak, melarang atau menghentikan rasa ingin tahunya. Orangtua dapat menjawab dengan menyediakan sarana yang dapat merangsang anak berfikir lebih dalam, misalnya dengan memberikan gambar-gambar dan buku-buku.
Biarkan mereka bermain, menggambar, membuat bentuk atau warna dengan cara yang tidak lazim, tidak logis, tidak realistis atau belum pernah ada. misalnya mereka menggambar sepeda dengan roda segi empat, langit berwarna merah, daun berwarna biru. Jangan banyak melarang, mendikte, mencela, mengecam, atau membatasi anak. Berilah kebebasan, kesempatan, dorongan, penghargaan atau pujian untuk mencoba suatu gagasan.


DAFTAR PUSTAKA
Ranggiasanka, Aden. 2011. Serba-Serbi Pendidikan Anak. Yogyakarta : SIKLUS.
Widyarini, Nilam. Psikologi Populer : Relasi Orangtua & Anak. Jakarta : Elex Media Komputindo

Rabu, 28 November 2012

Anak Lamban Belajar (Slow Learner)


Pengertian Slow  Learner

                   Slow learner adalah anak dengan tingkat penguasaan materi yang rendah, padahal materi tersebut merupakan prasyarat bagi kelanjutan di pelajaran selanjutnya, sehingga mereka sering harus mengulang (Burton, dalam Sudrajat, 2008).
          Anak lamban belajar (slow learner) merupakan anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal, tetapi tidak termasuk anak tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar 80 – 85). Dalam beberapa hal anak ini mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan kemampuan untuk beradaptasi, tetapi lebih baik dibanding dengan tunagrahita. Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama dibanding dengan sebayanya. Sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan khusus.

B.            Ciri – ciri Anak Slow  Learner

          Anak slow learner memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1.         Berfungsinya kemampuan kognisi, hanya saja di bawah level normal.
2.        Cenderung tidak matang dalam hubungan interpersonal.
3.        Memiliki kesulitan dalam mengikuti petunjuk – petunjuk yang memiliki banyak langkah.
4.        Hanya memperhatikan saat ini dan tidak memiliki tujuan – tujuan jangka panjang.
5.        Hanya memiliki sedikit strategi internal, seperti kemampuan organisasional, kesulitan dalam belajar dan menggeneralisasikan informasi.
6.        Nilai – nilai yang biasanya buruk dalam tes prestasi belajar.
7.        Dapat bekerja dengan baik dalam hand – on materials, yaitu materi-materi yang telah dipersingkat dan diberikan pada anak, seperti kegiatan di laboratorium dan kegiatan manipulatif.
8.        Memiliki self – image yang buruk.
9.        Mengerjakan tugas – tugas dengan lambat.
10.    Menguasai keterampilan dengan lambat, beberapa kemampuan bahkan sama sekali tidak dapat dikuasai.
11.    Memiliki daya ingat yang memadai, tetapi mereka lambat mengingat.

C.           Klasifikasi

          Slow learner merupakan salah satu dari lima kesulitan belajar siswa (Sudradjat, 2008). Lima kesulitan itu antara lain :
1.    Learning disorder atau kekacauan belajar, yaitu keadaan di mana proses belajar seseorang terganggu akibat munculnya respon yang bertentangan.
2.    Learning disfunction, merupakan gejala di mana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa itu tidak mengalami subnormalitas mental.
3.    Under-achiever, mengacu pada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang cenderung di atas normal, tetapi berprestasi belajar yang rendah.
4.    Learning disabilities, yaitu ketidakmampuan belajar yang mengacu pada gejala di mana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar.
5.    Slow-learner, adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf intelektual yang relatif sama.
          Penggolongan slow learner menurut masalah belajar anak :
1.        Anak dengan masalah konsentrasi
2.                Anak dengan masalah daya ingat
3.        Anak dengan masalah kognisi
4.        Anak dengan masalah sosial dan emosional

D.      Faktor Penyebab Slow Learner

          Slow learner memiliki hubungan yang sangat erat dengan IQ, maka terdapat dua faktor yang mempengaruhinya :
1.      Faktor Internal
·      Genetik / Hereditas
Berdasarkan 111 penelitian yang diidentifikasi dalam suatu survei pustaka dunia tentang persamaan inteligensi dalam keluarga (Atkinson, dkk, 1983, h. 133), terdapat korelasi antara IQ orangtua dan anaknya. Semakin tinggi proporsi gen yang serupa pada dua anggota keluarga, semakin tinggi korelasi rata-rata IQ mereka.
·      Biokimia
Disebabkan oleh zat – zat yang dapat merusak otak, misalnya : zat pewarna pada makanan, pencemaran lingkungan, gizi yang tidak memadai, dan pengaruh – pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan perkembangan anak.
2.      Faktor Eksternal
·      Lingkungan
Efek lingkungan yang berbeda terhadap IQ, berdasarkan penelitian yang dilakukan Beyley bahwa status sosial – ekonomi keluarga mempengaruhi IQ anak (Atkinson, dkk, 1983, h. 137). Disimpulkan bahwa, individu dapat memiliki IQ sekitar 65 jika dibesarkan di lingkungan miskin, tetapi dapat memiliki IQ lebih dari 100 jika dibesarkan di lingkungan sedang atau kaya. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa kondisi keluarga mempengaruhi bagaimana keluarga mengasuh anak mereka.
·      Strategi Pembelajaran
Penyebab utama problem anak lamban belajar (slow learner) berupa strategi pembelajaran yang salah atau tidak tepat, pengelolaan kegiatan pembelajaran yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak dan pemberian ulangan penguatan yang tidak tepat.

E.            Cara Mengatasi Slow Learner

          Saat siswa tidak dapat menyelesaikan tugas pekerjaan rumah, tidak bisa mengerjakan soal ulangan, tidak bisa memahami intruksi – intruksi tugas yang diberikan, mereka sering diklasifikasikan sebagai anak yang  bodoh. Jika kata ”bodoh” itu terdengar oleh siswa yang bersangkutan akan menambah beban secara psikologis untuk beraktivitas di dalam proses pembelajaran. Kata bodoh sering dikonotasikan sebagai orang yang tidak memiliki pengetahuan. Alangkah bijaksanannya anak yang mendapat predikat bodoh kita klasifikasikan sebagai anak lambat belajar bukan anak bodoh yang mempunyai konotasi yang negatif. 
          Masalah-masalah yang mungkin bisa jadi penyebab anak lambat belajar antara lain karena masalah konsentrasi, daya ingat yang lemah, kognisi, serta masalah sosial dan emosional. Kecerdasan mereka memang di bawah rata-rata, tetapi mereka bukan anak yang tidak mampu, tetapi mereka butuh perjuangan yang keras untuk menguasai apa yang diminta di kelas reguler.
          Untuk mengatasi anak yang lamban belajar maka diperlukan metode belajar yang tepat bagi slow learner atau anak lamban belajar, yaitu :
1.      Pahami bahwa anak membutuhkan lebih banyak pengulangan, 3 sampai 5 kali, untuk memahami suatu materi daripada anak lain dengan kemampuan rata-rata. Maka, dibutuhkan penguatan kembali melalui aktivitas praktek dan yang familiar, yang dapat membantu proses generalisasi.
2.      Anak slow-learner yang tidak berprestasi dalam akademik dasar dapat memperoleh manfaat melalui kegiatan tutorial di sekolah atau privat. Tujuan tutorial bukanlah untuk menaikkan prestasinya, tetapi membantunya untuk optimis terhadap kemampuannya dan menghadapkannya pada harapan yang realistik dan dapat dicapainya.
3.      Adalah masuk akal dan dapat dibenarkan untuk memberi mereka kelas yang lebih singkat dan tugas yang lebih sederhana.
4.      Berusahalah untuk membantu anak membangun pemahaman dasar mengenai konsep baru daripada menuntut mereka menghafal materi dan fakta yang tidak berarti bagi mereka.
5.      Gunakan demonstrasi dan petunjuk visual sebanyak mungkin. Jangan membingungkan mereka dengan terlalu banyak verbalisasi. Pendekatan multisensori juga dapat sangat membantu.
6.      Jangan memaksa anak bersaing dengan anak dengan kemampuan yang lebih tinggi. Adakan sedikit persaingan dalam program akademik yang tidak akan menyebabkan sikap negatif dan pemberontakan terhadap proses belajar. Belajar dengan kerjasama dapat mengoptimalkan pembelajaran, baik bagi anak yang berprestasi atau tidak, ketika pemebelajaran tersebut mendukung interaksi sosial yang tepat dalam kelompok yang heterogen.
7.      Konsep yang sederhana yang diberikan pada anak pada permulaan unit instruksial dapat membantu penguasaan materi selanjutnya. Maka, dibutuhkan beberapa modifikasi di kelas.
8.      Anak sebaiknya diberi tugas, terutama dalam pelajaran sosial dan ilmu alam, yang terstruktur dan konkret. Proyek-proyek besar yang membutuhkan matangnya kemampuan organisasional dan kemampuan konseptual sebaiknya dikurangi, atau secara substansial dimodifikasi, disesuaikan dengan kemampuannya. Dalam kerja kelompok, slow-learner dapat ditugaskan untuk bertanggung jawab pada bagian yang konkret, sedang anak lain dapat mengambil tanggung jawab pada komponen yang lebih abstrak.
9.      Tekankan hal-hal setelah belajar, berikan insentif dan motivasi yang bervariasi.
10.  Berikan banyak kesempatan bagi anak untuk bereksperimen dan mempraktikkan konsep baru dengan materi yang konkret atau situasi yang menstimulasi.
11.  Pada awal setiap unit, kenalkan anak dengan materi-materi yang familiar.
12.  Sederhanakan petunjuk dan yakin bahwa petunjuk itu dapat dimengerti.
13.  Penting bagi guru untuk mengetahui gaya belajar masing-masing anak, ada yang mengandalkan kemampuan visual, auditori atau kinestetik. Pengetahuan ini memudahkan penerapan metode belajar yang tepat pada mereka.

F.            Pelayanan Pendidikan Bagi Slow Learner

          Pelayanan pendidikan dapat diberikan dengan memberikan bimbingan yang tepat bagi slow learner. Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh seorang guru dalam melakukan bimbingan terhadap siswa yang lambat belajar. Strategi – strategi yang bisa dilakukan oleh seorang konselor atau guru antara lain:
1. Bimbingan bagi anak dengan masalah konsentrasi
a) Ubahlah cara mengajar dan jumlah materi yang akan diajarkan.
Siswa yang mengalami masalah perhatian dapat ketinggalan jika materi yang diberikan terlalu cepat atau jika beban menumpuk dengan materi yang kompleks. Oleh karena itu, akan berguna bagi mereka untuk :
- Memperlambat laju presentasi materi
- Menjaga agar siswa tetap terlibat dengan memberi pertanyaan pada saat materi diberikan.
- Gunakan perangkat visul seperti membuat bagan/skema garis besar materi untuk memberikan gambaran pada siswa mengenai langkah-langkah atau bagian-bagian yang diajarkan.
b) Adakan pertemuan dengan siswa.
Siswa mungkin tidak menyadari peranan perhatian dalam proses pengajaran. Mereka juga tidak menyadari kalau perhatian merupakan bidang kesulitan tertentu bagi mereka. Dalam pertemuan ini seorang kita memberikan penjelasan dengan cara yang tanpa memberikan hukuman dan tanpa ancaman akan sangat berguna bagi siswa.
c) Bimbing siswa lebih dekat ke proses pengajaran.
Karena tanpa disadari kita telah mengalihkan perhatian kita dari siswa. Dengan membawa mereka dekat dengan kita secara fisik secara rafia akan membawa si anak lebih dekat kepada proses pengajaran.
d) Berikan dorongan secara langsung dan berulang-ulang.
Biarkan siswa tahu kalau anda melihatnya ketika sedang memperhatikan. Katakana kontak mata ketika pembelajaran berlangsung itu sangat penting. Cobalah berikan penghargaan atas kehadirannya. Bias juga dengan penghargaan verbal yang dilakukan dengan tenang, dan lembut. 
e) Utamakan ketekunan perhatian daripada kecepatan menyelesaikan tugas.
Siswa mungkin merasa kecil hati dan tidak diperhatikan bila mereka dihukum karena tidak menyelesaikan tugas secepat orang lain. Membuat penyesuaian dan jumlah tugas yang harus diselesaikan maupun waktu yang disediakan untuk menyelesaikan tugas berdasar kemampuan individu mengkin akan sangat membantu dan mendorong bagi sebagaian siswa.
f) Ajarkan self-monitoring of attention.
Melatih siswa untuk memonitor perhatian mereka sendiri sewaktu-waktu dengan menggunakan timer atau alarm jam. Mengajarkan mereka untuk mencatat berbagai interval apakah mereka memberikan perhatian atau tidak pada saat pengajaran. Catatan ini akan membantu menciptakan perhatian yang lebih besar bagi kebutuhan dalam memfokuskan perhatian.
2. Bimbingan bagi anak dengan masalah daya ingat
a) Ajarkan menggunakan highlighting atau menggaris bawahi dengan penanda.  Untuk membantu memancing ingatan. Mereka harus diberi tahu cara memilih tajuk bacaan, kalimat dan istilah kunci untuk diberi garis bawah atau tanda dengan highlighter. Kemudian me-review dari bacaan yang di sudah digaris bahawahi tadi.
b) Perbolehkan menggunakan alat bantu memori (memory aid). Yang mana alat-alat itu bias berfungsi bagi mereka sebagai alat pengingat dan bias jadi juga sebagai alat pengajaran.
c) Biarkan siswa yang mengalami masalah sulit mengingat untuk mengambil tahapan yang lebih kecil dalam pengajaran. Misalnya dengan membagi tugas-tugas kelas dan rumah atau dengan memberikan tes kemampuan penguasaan lebih sering.
d) Ajarkan siswa untuk berlatih mengulang dan mengingat. Misalnya dengan memberikan tes langsung setelah pelajaran disampaikan.
3. Bimbingan bagi anak dengan masalah kognisi
a) Berikan materi yang dipelajari dalam konteks “high meaning”.
 Ini berguna untuk mengetahui apakan siswa memahami arti bacaan mereka atau arti suatu pertanyaan mengenai materi baru. Pengertian dapat diperkokoh dengan menggunakan contoh, analogi atau kontras.
b) Menunda ujian akhir dan penilaian.
Perlu memberikan umpan balik dan dorongan yang lebih sering bagi siswa berkesulitan belajar. Evaluai terhadap tugas mereka sebagai tambahan pengajaran akan sangat membantu. Dengan kata lain, suatu kesadaran yang konstan mengenai siswasiswa ini akan membentuk kepercayaan diri dan kemampuan mereka. Bagi sebagian siswa, menunda ujian akhir mereka sampai siswa menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari, mungkin merupakan cara terbaik.
c) Temapatkan siswa dalam konteks pembelajaran yang “tidak pernah gagal”.
Siswa berkesulitan belajar seringkali mempunyai sejarah kegagalan disekolah. Biasanya mereka memiliki perasaan akan gagal (sense of failing) dalam berbagai hal yang mereka lakukan. Memutuskan rantai kegagalan dan menciptakan cipta diri (sense of self) baru bagi siswa ini merupakan sesuatu yang paling penting bagi guru untuk melakukannya. Pada setiap tugas atau
kemampuan siswa harus ditarik kembali kepada masalah diman tugas dapat dilakukan tanpa kegagalan.
4. Bimbingan bagi anak dengan masalah social dan emosional
a) Buatlah sistem perhargaan kelas yang dapat diterima dan dapat diakses.
Siswa berkesulitan belajar perlu memahami sistem penghargaan ini dikelas dan merasa ikut serta di dalamnya. Jangan sampai siswa yang berkesulitan melajar merasa “out laws”, mereka yang tidak memilki kesempatan untuk mendapatkan penghargaan yang diterima siswa lain. Untuk memahami bagaimana mereka bisa mendapatkan penghargaan yang baik, para siswa disini perlu diberi pemahaman tentang bagaimana cara mendapatkan keuntungan sosial dari sikap positif dan hubungan sosial yang baik dikelas.beberapa siswa mungkin ingin pembuktian langsung dikelas.
b) Membentuk kesadaran tentang diri dan orang lain.
Sebagian siswa yang berkesulitan beljar tidak memilki kesadaran yang jelas pada sikapnya sendiri serta dampaknya pada orang lain. Membantu siswa ini menjadi lebih mengenal sikap mereka dan dampaknya pada orang lain merupakan kesempatan yang brarti bagi perkembangan sosial dan emosional. Berbicara terbuka dan penuh perhatian kepada siswa ini mengenai sikapnya juga dapat menjadi langkah penting dalam membentuk hubungan yang saling percaya di antara mereka.
c) Mengajarkan sikap positif.
 Ketika siswa berkesulitan belajar menjadi lebih sadar terhadap sikapnya dan mendapat pemahaman yang lebih baik atas interaksi dengan orang lain, mereka akan merespon dengan baik intruksi-intruksi tentang cara membentuk hubungan yang baik dan sense of self (citra diri) yang lebih positif.
d) Minta bantuan.
Jika sikap seorang siswa berkesulitan belajar sangat tidak layak atau sikap negatifnya tetap ada ketika semua cara telah dicoba, jangan ragu minta bantuan. Cari bantuan pada teman sejawat disekolah yang mungkin dapat memberikan bantuan dalam menjelaskan masalah-masalah sosial dan emosional, serta mencari solusi mengenai kesulitan tersebut. Pertolongan ini bisa datang dari psikolog, konselor, orang tua, guru, dan kepala sekolah. Yang terpenting seorang pendidik memahami bahwa minta bantuan bukan tanda kelemahan atau ketidakmampuan.