Pengertian Slow Learner
Slow learner adalah
anak dengan tingkat penguasaan materi yang rendah, padahal materi tersebut
merupakan prasyarat bagi kelanjutan di pelajaran selanjutnya, sehingga mereka
sering harus mengulang (Burton, dalam Sudrajat, 2008).
Anak lamban belajar (slow learner)
merupakan anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal,
tetapi tidak termasuk anak tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar 80 – 85).
Dalam beberapa hal anak ini mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir,
merespon rangsangan dan kemampuan untuk beradaptasi, tetapi lebih baik
dibanding dengan tunagrahita. Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama
dibanding dengan sebayanya. Sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan
khusus.
B.
Ciri – ciri Anak Slow Learner
Anak
slow learner memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1.
Berfungsinya kemampuan kognisi, hanya saja di
bawah level normal.
2.
Cenderung tidak matang dalam
hubungan interpersonal.
3.
Memiliki kesulitan dalam mengikuti
petunjuk – petunjuk yang memiliki banyak langkah.
4.
Hanya memperhatikan saat ini dan
tidak memiliki tujuan – tujuan jangka panjang.
5.
Hanya memiliki sedikit strategi
internal, seperti kemampuan organisasional, kesulitan dalam belajar dan
menggeneralisasikan informasi.
6.
Nilai – nilai yang biasanya buruk
dalam tes prestasi belajar.
7.
Dapat bekerja dengan baik dalam
hand – on materials, yaitu materi-materi yang telah dipersingkat dan diberikan
pada anak, seperti kegiatan di laboratorium dan kegiatan manipulatif.
8.
Memiliki self – image yang buruk.
9.
Mengerjakan tugas – tugas dengan
lambat.
10.
Menguasai keterampilan dengan
lambat, beberapa kemampuan bahkan sama sekali tidak dapat dikuasai.
11.
Memiliki daya ingat yang memadai,
tetapi mereka lambat mengingat.
C.
Klasifikasi
Slow learner merupakan salah satu dari
lima kesulitan belajar siswa (Sudradjat, 2008). Lima kesulitan itu antara lain
:
1. Learning disorder atau
kekacauan belajar, yaitu keadaan di mana proses belajar seseorang terganggu
akibat munculnya respon yang bertentangan.
2. Learning disfunction,
merupakan gejala di mana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi
dengan baik, meskipun sebenarnya siswa itu tidak mengalami subnormalitas
mental.
3. Under-achiever, mengacu pada siswa yang
sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang cenderung di atas
normal, tetapi berprestasi belajar yang rendah.
4. Learning disabilities, yaitu
ketidakmampuan belajar yang mengacu pada gejala di mana siswa tidak mampu
belajar atau menghindari belajar.
5. Slow-learner, adalah siswa
yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf intelektual yang relatif
sama.
Penggolongan slow learner menurut
masalah belajar anak :
1.
Anak dengan masalah konsentrasi
2.
Anak
dengan masalah daya ingat
3.
Anak dengan masalah kognisi
4.
Anak dengan masalah sosial dan
emosional
D. Faktor Penyebab
Slow Learner
Slow learner memiliki hubungan yang
sangat erat dengan IQ, maka terdapat dua faktor yang mempengaruhinya :
1.
Faktor Internal
·
Genetik / Hereditas
Berdasarkan 111
penelitian yang diidentifikasi dalam suatu survei pustaka dunia tentang
persamaan inteligensi dalam keluarga (Atkinson, dkk, 1983, h. 133), terdapat
korelasi antara IQ orangtua dan anaknya. Semakin tinggi proporsi gen yang
serupa pada dua anggota keluarga, semakin tinggi korelasi rata-rata IQ mereka.
·
Biokimia
Disebabkan oleh zat
– zat yang dapat merusak otak, misalnya : zat pewarna pada makanan, pencemaran
lingkungan, gizi yang tidak memadai, dan pengaruh – pengaruh psikologis dan
sosial yang merugikan perkembangan anak.
2.
Faktor Eksternal
·
Lingkungan
Efek lingkungan yang
berbeda terhadap IQ, berdasarkan penelitian yang dilakukan Beyley bahwa status
sosial – ekonomi keluarga mempengaruhi IQ anak (Atkinson, dkk, 1983, h. 137).
Disimpulkan bahwa, individu dapat memiliki IQ sekitar 65 jika dibesarkan di
lingkungan miskin, tetapi dapat memiliki IQ lebih dari 100 jika dibesarkan di
lingkungan sedang atau kaya. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa kondisi
keluarga mempengaruhi bagaimana keluarga mengasuh anak mereka.
·
Strategi Pembelajaran
Penyebab utama
problem anak lamban belajar (slow learner) berupa strategi pembelajaran yang
salah atau tidak tepat, pengelolaan kegiatan pembelajaran yang tidak membangkitkan
motivasi belajar anak dan pemberian ulangan penguatan yang tidak tepat.
E.
Cara Mengatasi Slow Learner
Saat siswa tidak dapat menyelesaikan
tugas pekerjaan rumah, tidak bisa mengerjakan soal ulangan, tidak bisa memahami
intruksi – intruksi tugas yang diberikan, mereka sering diklasifikasikan
sebagai anak yang bodoh. Jika kata
”bodoh” itu terdengar oleh siswa yang bersangkutan akan menambah beban secara
psikologis untuk beraktivitas di dalam proses pembelajaran. Kata bodoh sering
dikonotasikan sebagai orang yang tidak memiliki pengetahuan. Alangkah
bijaksanannya anak yang mendapat predikat bodoh kita klasifikasikan sebagai
anak lambat belajar bukan anak bodoh yang mempunyai konotasi yang
negatif.
Masalah-masalah yang mungkin bisa jadi
penyebab anak lambat belajar antara lain karena masalah konsentrasi, daya ingat
yang lemah, kognisi, serta masalah sosial dan emosional. Kecerdasan mereka memang di bawah rata-rata, tetapi mereka bukan
anak yang tidak mampu, tetapi mereka butuh perjuangan yang keras untuk
menguasai apa yang diminta di kelas reguler.
Untuk mengatasi anak yang lamban
belajar maka diperlukan metode belajar yang tepat bagi slow learner atau anak
lamban belajar, yaitu :
1.
Pahami bahwa anak membutuhkan
lebih banyak pengulangan, 3 sampai 5 kali, untuk memahami suatu materi daripada
anak lain dengan kemampuan rata-rata. Maka, dibutuhkan penguatan kembali
melalui aktivitas praktek dan yang familiar, yang dapat membantu proses
generalisasi.
2.
Anak slow-learner yang tidak
berprestasi dalam akademik dasar dapat memperoleh manfaat melalui kegiatan
tutorial di sekolah atau privat. Tujuan tutorial bukanlah untuk menaikkan
prestasinya, tetapi membantunya untuk optimis terhadap kemampuannya dan
menghadapkannya pada harapan yang realistik dan dapat dicapainya.
3.
Adalah masuk akal dan dapat
dibenarkan untuk memberi mereka kelas yang lebih singkat dan tugas yang lebih
sederhana.
4.
Berusahalah untuk membantu anak
membangun pemahaman dasar mengenai konsep baru daripada menuntut mereka
menghafal materi dan fakta yang tidak berarti bagi mereka.
5.
Gunakan demonstrasi dan petunjuk
visual sebanyak mungkin. Jangan membingungkan mereka dengan terlalu banyak
verbalisasi. Pendekatan multisensori juga dapat sangat membantu.
6.
Jangan memaksa anak bersaing
dengan anak dengan kemampuan yang lebih tinggi. Adakan sedikit persaingan dalam
program akademik yang tidak akan menyebabkan sikap negatif dan pemberontakan
terhadap proses belajar. Belajar dengan kerjasama dapat mengoptimalkan
pembelajaran, baik bagi anak yang berprestasi atau tidak, ketika pemebelajaran
tersebut mendukung interaksi sosial yang tepat dalam kelompok yang heterogen.
7.
Konsep yang sederhana yang
diberikan pada anak pada permulaan unit instruksial dapat membantu penguasaan
materi selanjutnya. Maka, dibutuhkan beberapa modifikasi di kelas.
8.
Anak sebaiknya diberi tugas,
terutama dalam pelajaran sosial dan ilmu alam, yang terstruktur dan konkret.
Proyek-proyek besar yang membutuhkan matangnya kemampuan organisasional dan
kemampuan konseptual sebaiknya dikurangi, atau secara substansial dimodifikasi,
disesuaikan dengan kemampuannya. Dalam kerja kelompok, slow-learner dapat
ditugaskan untuk bertanggung jawab pada bagian yang konkret, sedang anak lain
dapat mengambil tanggung jawab pada komponen yang lebih abstrak.
9.
Tekankan hal-hal setelah belajar,
berikan insentif dan motivasi yang bervariasi.
10. Berikan banyak kesempatan bagi anak untuk bereksperimen dan
mempraktikkan konsep baru dengan materi yang konkret atau situasi yang
menstimulasi.
11. Pada awal setiap unit, kenalkan anak dengan materi-materi yang
familiar.
12. Sederhanakan petunjuk dan yakin bahwa petunjuk itu dapat dimengerti.
13. Penting bagi guru untuk mengetahui gaya belajar masing-masing anak, ada
yang mengandalkan kemampuan visual, auditori atau kinestetik. Pengetahuan ini
memudahkan penerapan metode belajar yang tepat pada mereka.
F.
Pelayanan Pendidikan Bagi Slow
Learner
Pelayanan pendidikan dapat diberikan
dengan memberikan bimbingan yang tepat bagi slow learner. Ada banyak hal yang
bisa dilakukan oleh seorang guru dalam melakukan bimbingan terhadap siswa yang
lambat belajar. Strategi – strategi yang bisa dilakukan oleh seorang konselor
atau guru antara lain:
1.
Bimbingan bagi anak dengan masalah konsentrasi
a)
Ubahlah cara mengajar dan jumlah materi yang akan diajarkan.
Siswa yang
mengalami masalah perhatian dapat ketinggalan jika materi yang diberikan
terlalu cepat atau jika beban menumpuk dengan materi yang kompleks. Oleh karena
itu, akan berguna bagi mereka untuk :
- Memperlambat laju
presentasi materi
- Menjaga agar
siswa tetap terlibat dengan memberi pertanyaan pada saat materi diberikan.
- Gunakan perangkat
visul seperti membuat bagan/skema garis besar materi untuk memberikan gambaran
pada siswa mengenai langkah-langkah atau bagian-bagian yang diajarkan.
b)
Adakan pertemuan dengan siswa.
Siswa mungkin tidak menyadari peranan perhatian dalam proses pengajaran.
Mereka juga tidak menyadari kalau perhatian merupakan bidang kesulitan tertentu
bagi mereka. Dalam pertemuan ini seorang kita memberikan penjelasan dengan cara
yang tanpa memberikan hukuman dan tanpa ancaman akan sangat berguna bagi siswa.
c)
Bimbing siswa lebih dekat ke proses pengajaran.
Karena tanpa
disadari kita telah mengalihkan perhatian kita dari siswa. Dengan membawa
mereka dekat dengan kita secara fisik secara rafia akan membawa si anak lebih dekat
kepada proses pengajaran.
d)
Berikan dorongan secara langsung dan berulang-ulang.
Biarkan siswa tahu
kalau anda melihatnya ketika sedang memperhatikan. Katakana kontak mata ketika
pembelajaran berlangsung itu sangat penting. Cobalah berikan penghargaan atas
kehadirannya. Bias juga dengan penghargaan verbal yang dilakukan dengan tenang,
dan lembut.
e) Utamakan ketekunan perhatian daripada kecepatan
menyelesaikan tugas.
Siswa mungkin
merasa kecil hati dan tidak diperhatikan bila mereka dihukum
karena tidak menyelesaikan tugas secepat orang lain.
Membuat penyesuaian dan jumlah tugas yang harus diselesaikan
maupun waktu yang disediakan untuk menyelesaikan tugas
berdasar kemampuan individu mengkin akan sangat membantu dan mendorong
bagi sebagaian siswa.
f)
Ajarkan self-monitoring of attention.
Melatih siswa untuk
memonitor perhatian mereka sendiri sewaktu-waktu dengan menggunakan timer atau
alarm jam. Mengajarkan mereka untuk mencatat berbagai interval apakah mereka memberikan
perhatian atau tidak pada saat pengajaran. Catatan ini akan membantu
menciptakan perhatian yang lebih besar bagi kebutuhan dalam memfokuskan
perhatian.
2.
Bimbingan bagi anak dengan masalah daya ingat
a) Ajarkan
menggunakan highlighting atau menggaris bawahi dengan
penanda. Untuk membantu memancing ingatan. Mereka harus
diberi tahu cara memilih tajuk bacaan, kalimat dan istilah kunci untuk diberi
garis bawah atau tanda dengan highlighter. Kemudian me-review
dari bacaan yang di sudah digaris bahawahi tadi.
b) Perbolehkan
menggunakan alat bantu memori (memory aid). Yang mana alat-alat
itu bias berfungsi bagi mereka sebagai alat pengingat dan bias jadi juga
sebagai alat pengajaran.
c) Biarkan siswa
yang mengalami masalah sulit mengingat untuk mengambil tahapan yang lebih kecil
dalam pengajaran. Misalnya dengan membagi tugas-tugas kelas dan rumah atau
dengan memberikan tes kemampuan penguasaan lebih sering.
d) Ajarkan siswa
untuk berlatih mengulang dan mengingat. Misalnya dengan memberikan tes langsung
setelah pelajaran disampaikan.
3.
Bimbingan bagi anak dengan masalah kognisi
a) Berikan materi yang dipelajari dalam konteks
“high meaning”.
Ini berguna untuk mengetahui apakan siswa memahami arti
bacaan mereka atau arti suatu pertanyaan mengenai materi baru. Pengertian
dapat diperkokoh dengan menggunakan contoh, analogi atau kontras.
b) Menunda ujian akhir dan penilaian.
Perlu memberikan
umpan balik dan dorongan yang lebih sering bagi siswa berkesulitan belajar.
Evaluai terhadap tugas mereka sebagai tambahan pengajaran akan sangat membantu.
Dengan kata lain, suatu kesadaran yang konstan mengenai siswasiswa ini akan
membentuk kepercayaan diri dan kemampuan mereka. Bagi sebagian siswa, menunda
ujian akhir mereka sampai siswa menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari,
mungkin merupakan cara terbaik.
c) Temapatkan siswa dalam konteks pembelajaran
yang “tidak pernah gagal”.
Siswa berkesulitan
belajar seringkali mempunyai sejarah kegagalan disekolah. Biasanya mereka
memiliki perasaan akan gagal (sense of failing) dalam berbagai hal yang mereka
lakukan. Memutuskan rantai kegagalan dan menciptakan cipta diri (sense of self)
baru bagi siswa ini merupakan sesuatu yang paling penting bagi guru untuk
melakukannya. Pada setiap tugas atau
kemampuan siswa
harus ditarik kembali kepada masalah diman tugas dapat dilakukan tanpa
kegagalan.
4.
Bimbingan bagi anak dengan masalah social dan emosional
a) Buatlah sistem perhargaan kelas yang dapat
diterima dan dapat diakses.
Siswa berkesulitan
belajar perlu memahami sistem penghargaan ini dikelas dan merasa
ikut serta di dalamnya. Jangan sampai siswa yang
berkesulitan melajar merasa “out laws”, mereka yang tidak
memilki kesempatan untuk mendapatkan penghargaan
yang diterima siswa lain. Untuk memahami bagaimana mereka
bisa mendapatkan penghargaan yang baik, para siswa
disini perlu diberi pemahaman tentang bagaimana cara
mendapatkan keuntungan sosial dari sikap positif dan
hubungan sosial yang baik dikelas.beberapa siswa
mungkin ingin pembuktian langsung dikelas.
b) Membentuk kesadaran tentang diri dan orang lain.
Sebagian siswa yang berkesulitan
beljar tidak memilki kesadaran yang jelas pada sikapnya sendiri
serta dampaknya pada orang lain. Membantu siswa
ini menjadi lebih mengenal sikap mereka dan dampaknya pada orang
lain merupakan kesempatan yang brarti bagi perkembangan
sosial dan emosional. Berbicara terbuka dan penuh
perhatian kepada siswa ini mengenai sikapnya juga dapat
menjadi langkah penting dalam membentuk hubungan yang saling
percaya di antara mereka.
c) Mengajarkan sikap positif.
Ketika siswa berkesulitan belajar menjadi lebih sadar terhadap sikapnya
dan mendapat pemahaman yang lebih baik atas interaksi dengan orang lain, mereka
akan merespon dengan baik intruksi-intruksi tentang cara membentuk hubungan
yang baik dan sense of self (citra
diri) yang lebih positif.
d) Minta bantuan.
Jika sikap seorang
siswa berkesulitan belajar sangat tidak layak atau sikap negatifnya tetap ada
ketika semua cara telah dicoba, jangan ragu minta bantuan. Cari bantuan pada
teman sejawat disekolah yang mungkin dapat memberikan bantuan dalam menjelaskan
masalah-masalah sosial dan emosional, serta mencari solusi mengenai kesulitan
tersebut. Pertolongan ini bisa datang dari psikolog, konselor, orang tua, guru,
dan kepala sekolah. Yang terpenting seorang pendidik memahami bahwa minta
bantuan bukan tanda kelemahan atau ketidakmampuan.