Menurut
Nilam Widyarini ( ) dalam Psikologi
Populer : Relasi Ortu & Anak, secara garis besar pola pengasuhan orangtua
terhadap anak dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu otoriter/otoritarian
(authoritarian), otoritatif (authoritative), dan permisif (permissive).
1. Otoriter
Orangtua yang memiliki pola asuh jenis ini berusaha
membentuk, mengendalikan dan mengevaluasi perilaku serta sikap anak berdasarkan
serangkaian standar mutlak, nilai-nilai kepatuhan, menghormati otoritas, kerja,
tradisi, tidak saling memberi dan menerima dalam komunikasi verbal. Orangtua
kadang-kadang menolak anak dan sering menerapkan hukuman.
2. otoritatif
Orangtua yang memiliki pola asuh jenis ini berusaha
mengarahkan anaknya secara rasional, berorientasi pada masalah yang dihadapi,
menghargai komunikasi yang saling memberi dan menerima, menjelaskan alasan
rasional yang mendasari tiap-tiap permintaan atau disiplin tetapi juga
menggunakan kekuasaan bila perlu, mengharapkan anak untuk mematuhi orang dewasa
tetapi juga mengharapkan anak untuk mandiri dan mengarahkan diri sendiri,
saling menghargai antara anak dan orangtua, memperkuat standar-standar
perilaku. Orangtua tidak mengambil posisi mutlak, tetapi juga tidak mendasarkan
pada kebutuhan anak semata.
3. Permisif
Orangtua yang memiliki pola asuh jenis ini berusaha
berperilaku menerima dan bersikap positif terhadap impuls (dorongan emosi),
keinginan-keinginan, dan perilaku anaknya, hanya sedikit menggunakan hukuman,
berkonsultasi kepada anak, hanya sedikit memberi tanggung jawab rumah tangga,
membiarkan anak untuk mengatur aktivitasnya sendiri dan tidak mengontrol,
berusaha mencapai sasaran tertentu dengan memberikan alasan, tetapi tanpa
menunjukkan kekuasaan.
Aden Ranggiasanka (2011) dalam Serba-Serbi Pendidikan
Anak mengatakan kreativitas dibutuhkan oleh manusia untuk menyelesaikan
berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kreativitas harus dikembangkan
sejak dini. Banyak keluarga yang tidak menyadari bahwa sikap orangtua yang otoriter
(diktator) terhadap anak akan mematikan bibit-bibit kreativitas anak, sehingga
ketika menjadi dewasa hanya mempunyai kreativitas yang sangat terbatas.
Berdasarkan ketiga tipe pola asuh diatas, pola asuh otoritatif dirasa tepat
untuk mendukung pengembangan kreativitas anak.
Kreativitas anak akan berkembang jika orangtua bersikap
otoritatif. Orangtua mendorong anak untuk berani mencoba mengemukakan pendapat,
gagasan, melakukan sesuatu atau mengambil keputusan sendiri selama tidak
membahayakan atau merugikan orang lain atau diri sendiri. Jangan mengancam atau
menghukum anak apabila pendapat atau perbuatannya dianggap salah oleh orangtua.
Anak tidaklah salah, mereka umumnya belum tahu dan masih dalam tahap
belajar.oleh karena itu, tanyakan mengapa mereka berpendapat atau berbuat
demikian, beri kesempatan untuk mengemukakan alasannya. Berikan contoh, ajaklah
berfikir, jangan mendikte atau memaksa, biarkan mereka memperbaikinya dengan
caranya sendiri. Dengan demikian tidak mematikan keberanian mereka untuk mengemukakan
fikiran, gagasan, pendapat atau ketika melakukan sesuatu.
Selain itu, orangtua harus mendorong kemandirian anak
dalam melakukan sesuatu, menghargai usaha-usaha yang telah anak lakukan,
memberikan pujian untuk hasil yang telah dicapainya walau sekecil apapun.
Peran keluarga membantu merangsang atau menstimulasi
anak untuk tertarik mengamati dan mempertanyakan tentang berbagai benda atau
kejadian yang ada di sekeliling kita, baik itu yang mereka dengar, lihat, rasakan
ataupun yang mereka fikirkan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sesekali
menolak, melarang atau menghentikan rasa ingin tahunya. Orangtua dapat menjawab
dengan menyediakan sarana yang dapat merangsang anak berfikir lebih dalam,
misalnya dengan memberikan gambar-gambar dan buku-buku.
Biarkan mereka bermain, menggambar, membuat bentuk
atau warna dengan cara yang tidak lazim, tidak logis, tidak realistis atau
belum pernah ada. misalnya mereka menggambar sepeda dengan roda segi empat,
langit berwarna merah, daun berwarna biru. Jangan banyak melarang, mendikte,
mencela, mengecam, atau membatasi anak. Berilah kebebasan, kesempatan,
dorongan, penghargaan atau pujian untuk mencoba suatu gagasan.
DAFTAR PUSTAKA
Ranggiasanka, Aden. 2011. Serba-Serbi Pendidikan Anak. Yogyakarta
: SIKLUS.
Widyarini, Nilam. Psikologi Populer : Relasi Orangtua &
Anak. Jakarta : Elex Media Komputindo
Kita nanti pilih pola pengasuhan anak yang mana ma???
BalasHapus