MASA BAYI
Masa bayi adalah suatu masa yang penting dalam perkembangan
manusia. Setiap orang akan mempunyai laju perkembangannya sendiri, namun dalam
garis besarnya terdapat persamaan-persamaan sehingga proses pertumbuhan dan
perkembangan dapat dikelompokkan ke dalam beberapa masa. Para ahli perkembangan
(Mussen et al, 1979, dan Piaget 1950, 1979) memberikan batasan 18 sampai 24 bulan
bagi masa bayi, dimana terjadi perubahan-perubahan yang cepat dan khas
sifatnya. Sejak umur 2 tahun seorang anak sudah dapat menunjukkan fungsi
kognitif yang memadahi sehingga Mussen berpendapat bahwa dengan itu masa bayi
selesai dan mulailah masa kanak-kanak. Masih ada alasan-alasan lain, namun
cukup kiranya apabila kita
memakai batasan 0 – 2 tahun bagi masa bayi.
A.
PERKEMBANGAN FISIK
Berbeda dengan anggapan
umum selama ini, seorang bayi yang baru lahir sudah dapat melihat walaupun
belum jelas, lidahnya dapat merasa, ia dapat mencium bau dan merasakan sakit
serta sistem motorik merekapun sudah cukup berkembang. Bayi yang baru lahir
juga mempunyai beberapa refleks bawaan
yang diturunkan secara genetik yang fungsinya adalah untuk mempertahankan hidup
dalam menghadapi lingkungan (survival).
1.
Pertumbuhan dan perkembangan fisik bayi
Pada saat
lahir, seorang bayi rata-rata memiliki berat badan 3 kg dan panjang badan 50
cm. Ia segera tumbuh dengan cepat dengan kecepatan pertumbuahan yang berlainan
untuk berbagai bagian tubuhnya. Ketika
mencapai usia 2 tahun, seorang bayi telah mencapai setengah dari tinggi
badannya saat dewasa nanti (bayley, 1956). Dalam tahun pertama, badan bayi
tumbuh pesat dan setelah usia 1 tahun sampai pubertas tungkailah yang tumbuh
pesat.
a)
Refleks
Refleks adalah reaksi yang “sudah ada” (built in) yang bekerja
atas timbulnya rangsangan tertentu, yang memungkinkan seorang bayi berespon
terhadap lingkungan sebelum ada proses pembelajaran. Refleks mengatur
gerakan-gerakan bayi yang masih bersifat otomatis dan tidak dibawah kontrol
anak. Misalnya adalah refleks menghisap: seorang bayi akan menghisap setiap
barang yang diletakkan dimulutnya. Refleks ini memungkinkan seorang bayi untuk
mendapat makanan sebelum ia belajar mengasosiasikan puting susu dengan makanan.
Salah satu refleks yang penting adalah refleks moro, yang berasal
dari nenek moyang kita yang masih primitif. Refleks ini juga mempunyai nilai
”survival”. Jika seorang neonatus disentuh secara kasar, mendengar suara yang
keras, melihat sinar yang menyilaukan, maka ia akan terkejut, mengedikkan
punggung, mengadahkan kepala,
merentangkan tangan dan kaki lalu merapatkan ketubuh serta membungkukkan
seluruh tubuh seakan-akan sedang jatuh dan menangis. Bayi akan tenang jika kita
menekan salah satu bagian tubuhnya dan
melipat salah satu lengannya.Refleks moro akan menghilang pada bulan
ketiga atau keempat.
Beberapa
refleks yang ada sejak lahir seperti refleks batuk, mengedipkan mata serta
menguap akan ada sampai akir hayat, karena orang dewasapun juga membutuhkannya.
Dengan berkembangnya fungsi otak dan dengan meningkatnya pengaruh kemauan
terhadap perilaku bayi, maka beberapa refleks menghilang atau tergabung ke
dalam gerakan secara sadar yang dipengaruhi oleh kemauan. Contohnya ialah
refleks menggenggam. Apabila tangan bayi disentuh, maka ia akan melakukan
refleks menggenggam, namun setelah bulan ketiga gerakan menggenggam akan
dilakukan secara sadar, seringkali karena rangsangan visual. Semakin berkembang
kemampuan motorik si bayi, gerakan menggenggamnya makin terarah, ia akan
memegang benda yang menarik perhatiannya, memanipulasi dan mengeksporasi benda
tersebut.
b)
Siklus kegiatan bayi
Pola
kegiatan neonatus berbeda dari orang dewasa. Kira-kira dua pertiga harinya
digunakan untuk tidur yang terbagu kedalam beberapa waktu dan mereka tidak
tidur panjang antara jam sepuluh malam sampai pagi. Dalam setiap rentang waktu
4 jam, mereka sadar dan tenang sekitar 30 menit. Mereka buang air kecil sampai
18 kali sehari dan buang air besar 3 sampai 7 kali sehari. Pada usia 1 bulan
barulah mereka lebih lama tidur diwaktu malam. Pada bulan keempat barulah pola
tidur mereka menyerupai tidur orang
dewasa walaupun jumlah jam tidur mereka masih lebih tinggi yaitu tidur panjang
diwaktu malam dan lebih aktif serta terjaga pada waktu siang hari.
Untuk
mengetahui dan memahami pola hidup bayi para ahli perkembangan membagi keadaan
bayi itu ke dalam beberapa klasifikasi. Berikut akan dijabarkan skema yang
disusun brown, 1964, (dalam Santrock 1990:142 ).
(1)
Tidur
lelap. Bayi tidur diam dengan mata tertutup , pernafasan teratur, tidak
bersuara dan tidak berespon terhadap rangsang dari luar.
(2)
Tidur
biasa. Bayi bergerak-gerak sedikit, pernafasan mungkin berbunyi, ritme nafas
teratur atau tidak teratur.
(3)
Tidur
gelisah. Bayi tampak melakukan berbagai gerakan, matanya tertutup namun
kelopaknya mungkin berkedip-kedip , pernafasan tidak teratur dan mungkin bayi
mengeluarkan suara-suara
mendesah/mengeluh.
(4)
Mengantuk.
Mata bayi terbuka atau separuh terbuka, gerakan hanya sedikit, dan bayi lebih
banyak bersuara.
(5)
Terjaga dan
aktif. Inilah keadaan dimana orangtua menganggap bayinya sudah bangun. Mata
bayi terbuka dan tatapannya terang, ia melakukan berbagai gerak bebas, ia
mungkin agag rewel, kulitnya agak memerah dan pernafasan dapat menjadi tidak
teratur jika bayi tegang.
(6)
Terjaga dan
terarah. Keadaan ini biasanya terlihat pada bayi yang sudah lebih tua dan
jarang pada neonatus. Mata bayi terbuka lebar ada kegiatan motorik yang terarah
krpada sesuatu seperti suara atau rangsangan cahaya.
(7)
Terjaga
dengan perhatian terpaku. Bayi dalam keadaan terjaga tapi tidak bereaksi
terhadap rangsang dari luar. Contohnya pada saat bayi menyusu atau menangis.
Pada waktu menangis bayi ada yang bergerak-gerak tetapi dalam keadaan terpejam.
Skema
– skema seperti diatas sangat membantu para peneliti untuk memantau berbagai
aspek perkembangan bayi.
c)
Perkembangan motorik bayi
Seorang
bayi menunjukkan perkembangan motorik kasar, yaitu yang berkaitan dengan
otot-otot besar yang dipergunakan untuk menggerakkan lengan atau untuk berjalan
dan perkembangan morik halus yang berkaitan dengan gerakan – gerakan halus
seperti keterampilan jari tangan.
Pada
waktu lahir seorang bayi belum menunjukkan adanya koordinasi gerak pada dada
atau lengan. Pada bulan kedua sudah tampak kemampuan untuk mengangkat dada
dalam posisi tengkurap. Juga tampak kemampuan untuk mencoba meraih benda-benda
yang tampak olehnya walaupun belum mengena dengan tepat karena koordinasi
antara penglihatan dan gerak memegang belum sempurna. Dalam bulan ketiga dan
keempat tampak kemajuan-kemajuan dalam kontrol gerak. Pada bulan kelima, bayi
mulai dapat duduk walaupun masih harus dibantu, dan dalam bulan keenam bayi
sudah dapat duduk sendiri. Pada bulan ketujuh bayi mulai merangkak, dan pada
bulan kedelapan mereka mulai berdiri. Kira-kira pada bulan kesebelas mereka
sudah dapat berjalan. Bahkan pada bulan keduapuluh empat mereka sudah dapat
naik sepeda roda tiga (White, 1988).
d. Perkembangan Otak
Ketika
seorang bayi menangis, tersenyum, atau mengerutkan dahinya ,
menggoyang-goyangkan benda yang digenggamnya, “berbicara” dan berjalan maka
didalam otaknya terjadi pula perubahan - perubahan penting. Bermula sebagai
makhluk bersel satu, pada saat lahir seorang bayi sudah mempunyai otak dan
sistem syaraf yang terdiri dari kira- kira 100 triliyun sel syaraf. Saat lahir
seorang bayi boleh dikatakan sudah mempunyai seluruh sel syaraf yang dinamakan neuron. Namun hubungan-
hubungan antara sel-sel syaraf itu belum
berkembang dan belum tertata dengan baik dalam diri seorang bayi. Serabut-
serabut penghubung antara neuron (dendrit) tumbuh secara pesat, begitu pula
dengan perkembangan neurotransmitter yaitu substansi kimia yang sangat kecil
yang berfungsi menyalurkan rangsangan atau informasi dari satu neuron ke neuron
lain (santrock,1990:149).
2.
kebutuhan gizi dan kebiasaan pemberian masa bayi
Kalori dan nilai gizi yang cukup yang diberikan dengan penuh kasih
sayang adalah suatu persyaratan yang sangat penting bagi tumbuh kembang
bayi (pipes, 1988). Bayi bertambah tinggi 50% dari tinggi awalnya
dan meningkat tiga kali lipat.
Sehingga air susu ibu atau ASI adalah sumber gizi bayi, dan para
ahli sepakat bahwa ASI adalah makanan yanng terbaik bagi bayi, bahkan jauh
lebih baik daripada susu botol atau susu kaleng (lozoff,1989;walton &
vallelunga,1989;worthington-roberts,1988). Bayi yang mendapat ASI lebih cepat
pertumbuhannya daripada bayi yang mendapat susu botol. Namun, juga tidak ada
bukti bahwa pemberian susu botol akan mengganggu bayi secra psikologis.
Timbulnya kemampuan motorik halus dan tanda- tanda akan berbicara
merupakan pertanda bahwa bayi sudah boleh diberikan makanan lunak dan padat.
Pada usia antara 4- 6 bulan , ketika bayi sudah mulai meraih benda- benda dan
memasukannya kemulutnya maka bayi boleh diberi makanan lunak. Jika ia mulai
menunjukkan gerakan mengunyah, maka makanan setengah padat dapat diberikan ke
bayi.
Sampai sekarang, diseluruh dunia masih banyak ditemukan keadaan
kekurangan gizi pada bayi, baik dinegara maju maupun negara berkembang. Hal ini
disebabkan karena tingkat ekonomi yang rendah
juga karena bayi terlalu cepat disapih. Berat badan bayi akan sangat
rendah, otot-ototmya mengisut mengalami atropi yaitu suatu keadaan yang disebut
marasmus dimana jaringan tubuh akan susut dan apabila tidak ditolong akan
berakhir dengan kematian. Penelitian bayley (1970) menunjukkan bahwa anak- anak
yanng sejak bayi menderita kekurangan gizi, akan memperoleh nilai yang lebih
rendah dalam tes intelegensi dibandingkan dengan anak- anak yang bergizi cukup.
Keadaan gizi dari ibu hamil juga sangat mempengaruhi perkembangan bayi.
3.
Perkembangan Panca indera dan perkembangan persepsi
Bayi yang sudah lahir memiliki panca indera yang berfungsi. Hasil
penginderaan pada masing- masing alat penginderaan ialah sensasi dan hasil
pengolahan sensasi oleh otak disebut persepsi (interpretasi seseorang atas
sensasi yang diterima oleh panca indera).
Sensasi terjadi apabila rangsangan atau informasi mengenai salah
satu alat panca indera, apakah mata, telinga, hidung ataupun kulit. Contohnya
sensasi pendengaran terjadi apabila gelombang-gelombang suara tertentu mengenai
alat pendengaran (telinga) yang akan dipersepsikan sebagai suara orang, bunyi
binatang dll.
a. Penglihatan dan persepsi visual
Penelitian
robert fants (1958,1961), membuktikan bahwa bayi sudah dapat mengenal dan
membeda- bedakan bentuk kasar bendayang dilihatnya. Kemampuan penglihatan bayi
belum sempurna benar, dan daya penglihatan bayi yang baru lahir mempunyai skor
20/200 samapi 20/600 pada kartu snellen.
Usia 3 ½
minggu, bayi tertarik kepada mata. Mungkin karena bersinar dan bentuknya yang
bulat.
Usia 1- 2
bulan, mengenal garis besar wajah.
Usia >2
bulan, memperhatikan unsur- unsur wajah, dapat membedakan mata dari bagian-
bagian lain dan mulai memperhatikan mulut.
Usia 5
bulan, mulai mengenal raut wajah, perubahan- perubahan air muka
Usia 6
bulan, dapat membedakan wajah yang dikenal dengan wajah yang tidak dikenalnya,
membedakan topeng dari wajah manusia
Begitulah
tingkatan- tingkatan perkembangan kemampuan bayi, bahkan sampai 2 tahun juga
belum sempurna, dan ada beberapa aspek penglihatan masih harus disempurnakan
sampai ke masa kanak- kanak (Bornstein,1988).
b.
Pendengaran
Setelah
lahir bayi sudah mampu mendengar suara, meskipun ambang rangsangnya masih lebih
tinggi dari pada ambang rangsang pendengaran orang dewasa. Bukti- butki
menunjukkan bahwa dalam rahim ibupun seorang janin sudah dapat mendengar.
Penelitian spence & decasper (1982) menunjukkan bahwa seorang bayi akan
memilih bunyi atau suara yang kemungkinan besar sudah sering didengarnya
sebagai janin didalam rahim.
c. Penciuman
Penelitian
lipsitt, engen & kaye (1963) menunjukkan bahwa bayi akan gelisah,
menggerak- gerakkan tangan dan kakinya serta berubah pernafasannya apabila
didekatkan kepada asafetida, suatu zat yang sangat busuk baunya. Ini
membuktikan bahwa mereka sudah dapat mencium bau. Bayi berusia 2 sampain7 hari
sudah dapat mencium dan mengenal bau ASI ibunya, namun mereka dapat
mengidentifikasikan bau ibunya setelah berusia beberapa minggu
(macfarlane,1975).
d.
Pengecapan
Kemampuan
mengecap tampaknya sudah ada sebelum lahir. Jika cairan amnion dari janin yang cukup diberi sakarin
(pemanis buatan), maka janin akan makin sering menelan (windle, 1940).
Penelitian steiner (1979) menunjukkan bahwa bibir bayi seakan- akan tersenyum
apabila diolesi cairan pemanis, tetapi akan cemberut apabila dioles dengan
sesuatu yang pahit rasanya.
e. Perabaan
Indera
praba bayi sudah bekerja sejak lahir. Seorang bayi akan menggerakkan kepalanya
apabila pipinya disentuh dan akan menghisap bila bibirnya disentuh. Suatu hal
yang penting adalah kemampuan untuk mengkaitkan informasi penglihatan dengan
informasi perabaan hal ini sudah tampak pada bayi berumur 6 bulan (acredolo
& hake, 1982).
f. Rasa nyeri
Dahulu para
ahli berpendapat bahwa bayi belum dapat merasa nyeri. Sehingga kebiasaan
menyunat bayi yang berusia 3 hari lazim dilakukan di Amerika Serikat. Hal itu
menunjukkan bahwa bayi- bayi yang disunat akan menangis keras- keras dan tampak
gelisah. Ini menunjukkan bahwa mereka merasa nyeri ( gunnar & fisch. 1987
).
Namun,
penelitian lanjutan yang dilakukan Gunnar menunjukkan bahwa kemampuan bayi
untuk mengatasi stres ini sangat besar. Beberapa menit setelah disunat bayi
nampak tenang tanpa memperlihatkan dampak buruk darin operasi kecil itu.
Rupanya a tertidur dan itu salah satu mekanisme tubuh untuk mengatasi stres.
B.
PERKEMBANGAN KOGNITIF
Perkembangan konitif bayi sangat menanatang untuk diteliti karena
banyak yang memragukan apakah bayi sudah dapat berfikir atau belum. Hasil
penelitian dekade terakhir ini adalah
bayi yang normal dan sehat berkompeten secara intelektual. Mereka dapat
belajar dan secara aktif menanggapin dan mengubah lingkungannya.
1.
Cara bayi belajar
Manusia
dilahirkan dengan kemampuan untuk belajar. Dan pembelajaran itu sendiri adalah
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat dari pengalaman.
Bayi
belajar dari apa yang mereka lihat , dengar, cium, kecap dan raba. Dengan
menggunakan daya pikirnya bayi dapat membeda- bedakan rangsangan yang datang
dari berbagai panca indera tersebut. Tetapi kemampuan belajar ini harus
ditunjanng dengan faktor kematangan ( maturation). Contohnya bayi tidak akan
mampu berjalan jika ia belum siap untuk hal tersebut. Untuk belajar memanng
diperlukan kesiapan nerologis, panca indera dan kemampuan gerak terlebih
dahulu. Jadi ada hubungannya antara belajar dan kematangan. Sedangkan kecepatan
kematangan sampai batas- batas tertentu dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
yang dapat mempercepat atau menghambat pembelajaran.
Cara bayi
belajar umumnya sangat sederhana yaitu melalui habituasi, pembiasaan yang
klasik (classical conditioning), pembiasaan yang instumental
( operant conditioning) dan pembelajaran observasional.
a.
Habituasi
Habituasi adalah suatu proses pembiasaan. Biasa mendengar,
melihat, atau rangsangan lain bahkan
sedemikian biasanya kiata kehilangan minat terhadap rangsangan
tersebut lalu mengurangi tanggapan kita.
belajar seperti ini adalah bentuk belajar yang sederhana. Contoh:
bayi baru lahir pada saat menyusu dengar suara bel, ia akan kaget lalu berhenti
menyusu sampai suara itu hilang. Hal ini jika diulang terus-menerus bayi akan
merasa terbiasa dia akan tetap menyusu walaupun mendengar suara bel. Berarti
telah menjadi habituasi.
Habituasi memungkinkan orang untuk menghemat energy, karena orang
hanya perlu bersikap waspada jikakalau keadaan
di lingkungan membutuhkan perhatiannya ( menyenangkan dan mengancam dirinya).
Faktor-faktor nonhabitatif seperti kematangan, penyakit, lanjut usia, dan
penggunaan obat-obatan akan menurunkan kewaspadan. (Lipsitt,1986 dalam papalia
&Olds, 1989:177)
Kapasitas habituasi meningkat pada 10 minggu pertama di awal
kehidupan. Karena habituasi dikaitkan dengan perkembangan yang normal,maka ada
tidaknyaserta kemunculan habituasi dapat menjadi tolak ukur perkembangan bayi
saat itu maupun masa yang akan datang.
b.
pembiasaan yang klasik (classical conditioning)
disebut juga dengan pembelajaran asosiatif ( associative shifting,
Lerner & Hultsch, 1983:161). Yang berarti bayi mengasosiasikan tindakannya
dengan suatu aktivitas tertentu. Contoh: seorang bayi (usia 8 bulan) sering
melakukan tindakan misalnya tertawa lucu, merangkak atau melambaikan tangan,
lalu ibunya mengusap kepalanya, maka besok kalau dia melakukan kegiatan
tertentu sebelum ibunya mengusap kepalanya dia sudah melakukan hal tersebut
(mengusap kepalanya sendiri). Jadi anak bias mengasosiasikan perbuatanya dengan
perbuatan ibunya.
c. pembiasaan instrumental (operant conditioning)
bayi usia tiga hari sudah bias belajar menggunakan operant
conditioning. Contoh : percobaan dilakukan oleh De Casper & Fifer, 1980
(Papalia & Olds, 1989:119). Botol bayi diberi pita rekam suara ibunya dan
yang lain diberi pita rekam suara orang yang asing baginya.ternyata bayi akan
menghisap lebih kuat jika ia mendengar suara ibunya daripada mendengar suara
rekaman orang asing itu. Dari hal ini anak dapat belajar dua hal, yang pertama
dia dapat membedakan suara ibu dan orang asing yang kedua dia mengetahui bahwa
suatu tindakan tertentu dapat menghasilkan suara yang menyenangkan.
Pembelajaran yang terakhir ini adalah contoh dari pembiasaan instrumental: anak
belajar membuat suatu tanggapan tertentu agar dapat menghasilkan suatu efek
yang diinginkan. Suara ibunya merupakan suatu imbalan atau penguatan. Dengan
adanya penguatan bayi akan mengulangi perbuatannya. Pada pembiasaan
instrumental anak ikut mengatur lingkungannya.
d.
pembiasaan observasipnal: meniru model dan imitasi
bayi baru lahir dapat menirukan perilaku orang lain. Apalagi yang
berusia beberapa minggu atau beberapa bulan. Berbagai percobaan telah
membuktikan hal tersebut. Misalnya bayi usia 12-21 hari dapat menirukan cibiran
orang dewasa. Atau bayi dapat menirukan suara orang dewasa tertentu atau
gerak-gerik muka,gerakan tangan dll orang dewasa pada waktu ia berusia 6 bulan.
Pada akir masa bayi 24 bulan ia telah mampu menirukan kata-kata (Lerner &
Hultsch 1983:171)
2.
Teori perkembangan kognitif J.Piaget pada masa bayi
Menurut Piaget perkembangan berpikir bayi berada pada periode
sensori-motorik, dimulai sejak lahir sampai kurang lebih usia 2 tahun. Pada
masa ini, proses berpikir ditandai dengan perubahan-perubahan skema yang masih
bersifat terbatas dan kaku. Sama dengan refleks, pemikiran anak masih searah
dan hanya mengulang.
Perkembangan kognitif anak pada masa sensorimotor diibaratkan
sebagai “ tidak kelihatan , tidak dipikirkan” maksudnya pada saat anak
berinteraksi dengan benda-benda disekitarnya, benda itu dianggap ada jika ia
dapat melihatnya dan benda dianggap tidak ada jika diluar jangkauan
pengindraannya. Anak pada masa ini egoisentris karena tidak dapat membedakan
antara kehadiran sebuah benda dengan rangsangan dari benda itu terhadap
pancaindranya.
Flavell, 1985 (dalam Santrock, 1990:173) tugas perkembangan anak
pada masa ini adalah mengembangkan “object permanence” (kemampuan benda).
Object permanence adalah kemampuan untuk memahami benda-benda atau
kejadian-kejadian akan tetap ada walaupun ia tidak melakukan kontak langsung
dengan benda atau kejadian tersebut. Pada akhir masa bayi object permanence
telah terwujud. Anak sekarang dapat mencari benda yang tadinya ada kemudian
hilang lalu muncul lagi di berbagai tempat yang berlainan dan kembali lagi ke tempat
semula. Berarti anak mampu di tempat yang tepat walaupun disembunyikan. Dengan
demikian anak mampu “ membayangkan”benda yang menghilang itu dan mengikutinya
berpindah dari satu tempat ketempat lainnya. Dengan kualitas ini anak telah
meningkatkan ke tahap berpikir yang menggunakan representasi mental dan menuju
ke periode berpikir selanjutnya.
3.
Intelegensi dan tes
intelegensi pada bayi
Perbedaan perkembangan kognitif pada individu diteliti dengan
skala perkembangan atau tes intelegensi yang digunakan untuk bayi bersifat
non-verbal. Karena banyak menekankan pada asesmen perkembangan persepsi motorik
anak dan mengukur interaksi social anak.
Arnold Gesell (1934) orang pertama menciptakan tes perkembangan
untuk bayi. Alat ini untuk mengetahui bayi yang normal dan berkelainan.
Tes Bayley yaitu Bayley
Scales of Infant Development yang dikembangkan oleh Nancy Bayley (1969).
Mengembangkan skalanya untuk merekam perilaku anak dan memprediksi perkembangan
anak dimasa yang akan datang. Versi tes Bayley terdiri dari tiga kemponen
yaitu, suatu skala mental, suatu skala gerak, dan suatu profil perilaku bayi.
Tes intelegensi untuk bayi berguna untuk mengetahui akibat
malnutrisi, akibat obat-obatan, kurang kasih saying ibu, dan simulasi
lingkungan terhadap perkembangan anak. Tes intelegensi bukanlah predictor yang
baik untuk menggambarkan intelegensi kanak-kanak dimasa yang akan datang.
4.
perkembangan bahasa
Bahasa merupakan elemen terpenting dalam perkembangan berpikir
manusia. Manusia berpikir menggunakan bahasa dan melalui bahasa pikiran manusia
dapat ditampilkan. Bahasa menurut Miller, 1989 (dalam Santrock 1990:183) adalah
suatu urutan kata-kata. Jadi ada dua ciri yaiyu kata-kata dan berurutan. Namun
tidak sesederhana itu karena bahasa merupakan proses yang sangat kreatif. Aspek
kreatif ini disebut pengembangan tak terbatas (infinite generativity),
kemampuan seseorang untuk mengembangkan sejumlah kalimat bermakna yang tak
terbatas dengan menggunakan sekumpulan kata-kata dan aturan-aturan tertentu.
Selain itu bahasa juga digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai tempat
yang berlainan, waktu yang berbeda, yang menyangkut masa kini, masa lalu dan
masa yang akan datang.
Hal-hal terpenting dalam bahasa anak (mulai usia 6 bulan sampai 3
tahun). Lenneberg, 1965 dalam Papila & Olds, 1989.
6 bulan :
mendekut berubah menjadi meraban dengan membunyikan huruf hidup.
12 bulan : mulai menirukan
suara-suara. Anak memahami beberapa kata.
Anak menggunakan beberapa
bunyi-bunyian secara teratur untuk membedakan orang- perorang atau objek 9
merupakan kata-kata pertama)
18 bulan : anak dapat
mengucapkan 3-50 kata. Pola bunyi dan intonasi mirip percakapan.
Anak mengalami kemajuan
dalam pemahaman.
24 bulan : kosa
kata lebih dari 50 kata. Kalimat dua kata paling sering tampil.
Anak lebih berminat pada komunikasi verbal. Meraban mulai
berkurang.
30 bulan : hampir setiap hari
mempelajari kata-kata baru. Ujaran terdiri dari tiga kata atau lebih. Pemahaman sangat baik. Anak masih banyak
membuat kesalahan dalam tata bahasa.
36 bulan : kosa kata dapat
mencapai 1000 kata, 80% dapat dimengerti. Tata bahasa hampir mendekati tata
bahasa oreng dewasa.
A.
Kemampuan bicara pralinguistik
Sebelum bayi dapat mengeluarkan kata-kata pertamanya, ia telah
mampu mengeluarkan suara-suara yang berbentuk tangiasan, mendekut, meniru bunyi
secara tidak sengaja dan sengaja meniru bunyi. Suara-suara itu disebut
kemampuan bicara pralinguistik.
Menangis merupakan satu-satunya cara bayi yang baru lahir untuk
berkomunikasi. Bagi orang asing tangisan bayi sama saja tapi tidak demikian
halnya bagi si ibu bayi. Ia dapat membedakan
mana tangisan karena lapar, sakit atau sekedar bermanja saja.
Walaupun kemampuan bicara pralinguistik
ini tidak mengandung semantic, tetapi kaya akan ekpresi emosi yang penuh
intonasi. Jauh sebelum anak mampu mengutarakan gagasannya dalam bentuk
kata-kata, orang tua telah mampu memahami apa yang dimaksud oleh anaknya.
b. Kemampuan Bicara Linguistik
Umumnya anak mulai bicara pada usia satu tahun. Kata pertama anak
adalah pertanda dimulainya kemampuan bicara linguistik, yaitu penggunaan bahasa
ujaran untuk menyampaikan pengertian. Satu kata yang diujarkan anak dapat
memiliki beberapa arti yang berbeda
tergantung pikiran anak tersebut. berbicara semacam ini disebut holofrase
karena mengekspresikan pemikiran yang lengkap dengan menggunakan satu kata.
Usia 18 bulan, anak menyatakan kalimat pertamanya namun masih
perlu bantuan ekspresi lain untuk dimengerti. Misalnya sambil menunjuk kakinya
anak berkata “ake atu” pada ibunya yang berarti pakai sepatu. Berbeda dengan
kemampuan bicara pralinguistik yang terkait erat dengan usia kronologis, tidak
semua anak memiliki kemampuan ini pada usia kronologis yang sama. Jadi usia
bukanlah patokan untuk menjelaskan tingkat perkembangan bahasa anak. Dengan
bertambahnya usia, kemampuan bahasa semakin meningkat. Secara bertahap anak
juga mulai menguasai tata bahasa.
C. PERKEMBANGAN EMOSI DAN SOSIAL
Perkembangan emosi dan sosial merupakan dasar perkembangan
kepribadian kelak. Kehadiran emosi jauh lebih awal dari kemampuan berbahasa
maupun kemampuan kognitif. Hubungan emosional yang dibentuk oleh bayi dengan
orang-orang terdekatnya akan mempengaruhi caranya berinteraksi dengan orang
lain di masa yang akan datang. Masa bayi adalah periode yang peka untuk
perkembangan kepribadian.
Hal-hal terpenting dalam perkembangan emosi dan sosial bayi antara
lain:
1. Emosi bayi
Hasil
penelitian Izard, 1982 (Shaffer, 1989:394) menunjukkan bahwa berbagai emosi
muncul di berbagai kesempatan pada dua tahun pertama kehidupan anak. Beberapa
saat setelah kelahiran, bayi dapat menunjukkan minat, sedih, muak, dan
tersenyum. Ekspresi marah dan sedih muncul ketika anak berusia 3-4 bulan, rasa
takut tampak pada usia 5-7 bulan yang diikuti dengan timbulnya rasa malu-malu.
Pada akhir tahun kedua baru muncul emosi yang lebih majemuk sifatnya seperti
perasaan bersalah dan perasaan jijik.
Bayi juga dapat mengekspresikan perasaannya secara
vokal. Bayi yang sehat misalnya akan mengeluarkan berbagai bentuk tangisan. Ada
tangis lapar, sakit, manja, marah dan lain-lain. Orang tuanyalah yang
menerjemahkan tangisan anak sehingga bermakna.
Konsistensi
ada dalam penampilan emosi bayi. Bayi yang memperlihatkan gerak berlebihan
sebagai reaksi terhadap kejadian yang tidak nyaman pada waktu ia berusia 2
bulan akan memperlihatkan gerak yang sama pada usia 13-19 bulan jika diberikan
rangsangan yang sama pula. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pola ekspresi
perasaan yang terkait dengan suatu kejadian tertentu relatif stabil dari waktu
ke waktu.
Pada usia 18-24 bulan, tidak diragukan lagi anak telah
menjadi makhluk yang beremosi. Pada usia ini anak sudah dapat menyampaikan
(dengan kata-kata sederhana dan disertai ekspresi wajah) tentang berbagai
perasaan yang pernah dialaminya atau yang pernah dialami oleh temannya yang
terungkap dalam permainan bersama. Bahkan anak telah mampu berpura-pura
menampilkan suatu bentuk emosi tertentu untuk memanipulasi perasaan orang lain
(misalnya berpura-pura sakit untuk mendapatkan perhatian ibunya).
Berikut adalah
perkembangan emosi bayi sejak lahir hingga usia 2-3 tahun (Sroufe, 1979, dalam
Papalia & Olds, 1989:149).
0-1 bulan Bayi
relatif tidak responsif, jarag bereaksi terhadap rangsangan luar.
1-3 bulan Bayi
terbuka terhadap rangsangan. Mereka mulai memperlihatkan minat dan rasa ingin
tahu dan suka tersenyum terhadap orang lain.
3-6 bulan Bayi
dapat mengantisipasi apa yang akan terjadi, dan dapat kecewa bila hal tersebut
tidak terlaksana. Kekecawan diungkapkan dalam bentuk kemarahan atau
kewaspadaan. Mereka sering tersenyum, mendekut, dan tertawa. Saat ini adalah
saat membangun hubungan sosial dan hubungan timbal balik antara bayi dan yang
merawatnya.
7-9 bulan Bayi
mulai bermain “permainan sosial” dan mencoba memperoleh tanggapan dari orang
lain. Mereka “berbicara”, menyentuh, dan membujuk bayi lain agar mau
menanggapinya. Mereka dapat mengekspresikan berbagai macam emosi, memperlihatka
kegembiraan, rasa takut, rasa marah, dan keheranan.
9-12 bulan Bayi
sangat nyaman dengan orang terdekatnya, mulai takut terhadap orang asing, dan berlaku
lunak terhadap situasi baru. Pada usia 1 tahun, mereka dapat lebih jelas
mengkomunikasikan emosi mereka, memperlihatkan suasana hati, dan gradasi
perasaannya.
12-18 bulan Bayi
menjelajahi lingkungan, menggunakan orang yang paling dekat dengan dirinya
sebagai basis pengaman. Jika ia telah menguasai lingkungan, mereka merasa lebih
percaya diri dan lebih berani memaksakan kehendaknya.
18-36 bulan Terkadang
anak menjadi cemas karena mulai menyadari bahwa mereka mulai menjauh dari
orang-orang terdekatnya. Mereka mulai menyadari keterbatasannya dalam
berfantasi, dan mulai melakukan identifikasi terhadap orang dewasa.
2.
Temperamen
Setiap bayi itu berbeda, ada yang penggembira, ada yang
mudah sedih, ada yang tidak terlalu tanggap terhadap rangsangan emosi, dan
sebagainya.
Lingkungan akan berpengaruh terhadap pembentukan emosi
anak. Seorang anak yang ibunya depresif dan tidak tanggap terhadap kehidupan
emosi akan menjadikannya anak yang suka menarik diri, rewel, tidak bersemangat,
dan memperlihatkan gejala gangguan emosiaonal. Terkadang pengalaman yang
positif di masa yang akan datang dapat mengatasi kesulitan tersebut.
Pada umumnya, sejak dini bayi sudah memperlihatkan gambaran
emosi atau sifat-sifat yang menetap sampai ia dewasa kelak, yang mengisyaratkan
adanya suatu komponen biologis dalam kepribadian anak. Anak yang menjerit-jerit
marah ketika disuntik pada usia 2 bulan akan memperlihatkan perilaku yang sama
pada usia 19 bulan ketika ada temannya yang mengambil mainannya. Sebaliknya,
anak yang lebih tenang ketika disuntik pada usia 2 bulan mungkin saja tidak
akan rewel menghadapi hal semacam itu. Dengan kata lain, pada usia 8 minggu ke
bawah sudah memperlihatkan perbedaan emosi masing-masing individu yang kelak
akan membentuk bagian terpenting dari kepribadian mereka.
Ciri-ciri reaksi emosi yang berlainan itu berakar dari
perbedaan temperamen yang dimiliki masing-masing individu, yaitu gaya atau cara
seseorang mendekati atau bereaksi terhadap orang lain atau terhadap berbagai
situasi. Jadi temperamen adalah tentang bagaimananya suatu perilaku. Contohnya
dua orang kakak beradik, yang pertama adalah anak penggembira, tenang, teratur
makan, dan istirahat. Sedangkan yang kedua adalah anak yang rewel , mudah
menangis, dan sering terganggu tidurnya. Kedua anak ini memperlihatkan
temperamen yang berbeda.
(A.
Thomas;
Chess & Birch, 1984) menyatakan bahwa ada 9 komponen dalam temperamen,
yaitu:
1.
Tingkat
aktivitas: bagaimana dan berapa banyak seseorang bergerak.
2.
Ritmisitas
atau keteraturan: perkiraan siklus biologis seperti rasa lapar, tidur, dan
buang air.
3.
Pendekatan
atau penarikan diri: bagaimana pada awalnya seseorang menanggapi suatu
rangsangan baru seperti mainan baru, makanan, ataupun orang lain.
4.
Adaptabilitas:
mudah tidaknya seseorang mengubah suatu respon awal menjadi sesuatu yang
sejalan dengan keinginannya.
5.
Ambang
kemauan mendengarkan: sebanyak apakah stimulasi yang diperlukan untuk
membangkitkan suatu tanggapan.
6.
Intensitas
reaksi: sebesar apa semangat yang diperlukan untuk menanggapi.
7.
Kualitas
suasana hati: apakah perilaku seseorang itu lebih menyenangkan, gembira, dan
ramah atau tidak menyenangkan, tidak bahagia dan tidak ramah.
8.
Kemudahan
mengalihkan perhatian: semudah apa suatu rangsang yang tak relevan mampu
mengubah atau mengacaukan perilaku seseorang.
9.
Rentang
perhatian dan persistensi: sejauh apakah seseorang mampu mengikuti suatu
aktivitas dan tetap bertahan menghadapi hambatan-hambatan.
Dengan pola temperamen tersebut kebanyakan anak dapat digolongkan
ke dalam tiga kategori, yaitu anak yang mudah, anak yang sulit, dan anak yang
lambat.
a. Anak yang mudah
Anak
yang mudah adalah anak-anak yang memiliki tempramen yang menyenangkan.ritme
biologis yang teratur, dan mempunyai kesiapan untuk menerima pengalaman baru.
1)
Tanggapannya
baik terhadap pengalaman baru dan perubahan
2)
Cepat
mengikuti aturan jadwal tidur dan makan
3)
mudah
makan makanan yang baru yang dikenal
4)
Tersenyum
pada orang asing
5)
Mudah
menyesuaikan diri dengan situasi yang baru
6)
Dapat
menerima frustasi tanpa banyak rewel
7)
Cepat
menyesuaikan diri terhadap rutinitas baru dan peraturan permainan baru
8)
Intensitas
suasana hatinya ringan sampai sedang, umumnya positif
b.
Anak
yang sukit
Anak
yang sulit adalah anak yang bertempramen mudah marah, ritme biologisnya tidak
teratur, dan tegang menghadapi situasi baru.
1)
Tanggapannya
buruk terhadap pengalaman baru dan perubahan
2)
Jadwal
tidur dan makan tidak teratur
3)
Lambat
menerima makanan yang baru dikenal
4)
Curiga
terhadap orang asing
5)
Lambat
menyesuaikan diri dengan situasi baru
6)
Menghadapi
frustasi dengan tentrum (marah-marah)
7)
Lambat
menyesuaikan diri terhadap rutinitas baru
8)
Seringkali
menangis keras juga tertawa keras
9)
Sering
memperlihatkan suasana hati yang kuat dan suasana hatinya seringkali negatif
c. Anak yang lambat untuk memulai
Anak
yang lambat untuk memulai adalah anak yang tempramennya sedang-sedang saja,
ragu-ragu untuk menerima pengalaman baru.
1)
Tanggapannya
lambat terhadap pengalaman baru dan perubahan
2)
Tidur
dan makan lebih teratur dari anak yang sulit tetapi kurang teratur dibandingkan
dengan anak yang mudah
3)
Tidak
terlalu negatif tehadap rangsangan-rangsangan baru (misalnya pada waktu pertama
kali mandi, diperkenalkan pada makanan, orang dan tempat yang baru,pertama kali
sekolah atau situasi baru)
4)
Dapat
menyukai rangsangan-rangsangan baru secara bertahap
5)
Reaksi
terhadap suasana hati positif maupun negatif tidak terlalu kuat
Tentu saja tidak semua anak cocok untuk
dimasukkan ke dalam salah satu kategori tersebut diatas. Tempramen dibawa sejak
lahir dan kebanyakan bersifat genetis (walaupun tidak seluruhnya). Dasar tempramen
seseorang lebih banyak ditentukan oleh faktor bawaan, tetapi gaya penampilan
tempramen dapat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang luar biasa yang dialami
seseorang, seperti kematian orang tua, bakat yang dimiliki, pengaruh
obat-obatan dan lain-lain. Seperti pada hasil penelitian longitudinal Thomas,
chess & birch (1984) di New York. Mereka menemukan bahwa ibu-ibu yang tidak
memperoleh kepuasan dalam pekerjaan maupun dalam perannya sebagai ibu rumah
tangga memperlihatkan toleransi yang rendah, dan penolakan terhadap anaknya
yang berusia 3 tahun. Dan anak tersebut tempramennya menyerupai anak yang
sulit.
3.
kelekatan (attachment)
Perkembangan
sosial anak dimulai dengan adanya hubungan antara anak dengan anggota keluarga.
Keluarga adalah suatu sistem sosial yang terkecil. Dalam sistem keluarga inilah
pengalaman yang terpenting dirasakan oleh anak yaitu terjadinya proses
kelekatan. Kelekatan ini lebih bersifat kelekatan secara emosional.
John
Bowlby, 1958.1973 (dalam shaffer, 1981 ) menjelaskan bahwa kelekatan emosional
adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan adanya ikatan afeksional yang
kuat yang mengikat seseorang dengan orang yang dekat dengannya. Menurut Bowlby,
orang yang lekat atau saling berhubungan dan selalu mencoba untuk mempertahankan
kedekatannya. Bayi usia 8 bulan yang lekat dengan ibunya akan memperlihatkan
kelekatannya itu dengan berbagai cara, seperti menangis, minta digendong,
bergayut, mendekati, atau membuntuti, agar dapat membangun atau mempertahankan
kontak dengan ibunya. Kelekatan emosional antara ibu dan anak ini sebenarnya
sudah mulai dibentuk oleh ibu atau bapak beberapa saat setelah kelahiran anak.
4.
perkembangan sosial
Perkembangan
sosial yang juga merupakan dasar pembentukan kepribadian telah dimulai sejak awal
kehidupan. Pada bulan-bulan awal kehidupan, bayi sangat berminat pada bayi lain
dan berespon terhadap mereka seperti responnya tehadap ibunya sendiri. Seperti
melihat, tersenyum dan mendekat. Pada usia 6 bulan sampai 1 tahun, ia makin
sering tersenyum, suka menyentuh dan meraba. Apalagi jika mereka tidak
terganggu dengan hadirnya orang dewasa atau mainan. Pada usia 1 tahun ketika
tugas perkembangan mereka yang utama yaitu berjalan belajar, maka perhatian
mereka lebih banyak kepada mainan ketimbang anak lain.